Minggu, 27 Mei 2012

Metode Simulasi


*        Pengertian Metode Simulasi
Metode merupakan cara melakukan atau menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Metode simulasi menampilkan simbol-simbol atau peralatan yang menggunakan proses, kejadian, atau benda yang sebenarnya.
Simulasi berasal dari kata “simulate”, yang memiliki arti pura-pura atau berbuat seolah-olah. Dan juga “simulation” yang berarti tiruan atau perbuatan yang hanya berpura-pura saja. Pengertian operasional metode simulasi adalah suatu usaha untuk memperoleh pemahaman akan hakikat dari suatu konsep atau prinsip atau ketrampilan tertentu melalui proses kegiatan atau latihan dalam situasi tiruan. Metode simulasi menampilkan simbol-simbol atau peralatan yang menggunakan proses, kejadian, atau benda yang sebenarnya. Metode simulasi berguna untuk menciptakan belajar yang lebih berorientasi pada aktivitas siswa serta berpotensi dapat meningkatkan hasil belajar.
Metode simulasi merupakan salah satu metode mengajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran kelompok. Metode simulasi diberikan kepada siswa, agar siswa dapat menggunakan sekumpulan fakta, konsep, dan strategi tertentu. Proses pembelajaran yang menggunakan simulasi cenderung objeknya bukan benda atau kegiatan yang sebenarnya, melainkan kegiatan mengajar yang bersifat pura-pura. Kegiatan simulasi dapat dilakukan oleh siswa pada kelas tinggi di Sekolah Dasar karena kegiatan pembelajarannya menuntut adanya kemampuan siswa dalam berinteraksi dalam kelompok.
Dalam pembelajaran, siswa akan dibina kemampuannya berkaitan dengan keterampilan berinteraksi dan berkomunikasi dalam kelompok. Di samping itu, dalam metode simulasi siswa diajak untuk bermain peran beberapa perilaku yang dianggap sesuai dengan tujuan pembelajaran. Pengalaman belajar yang diperoleh dari metode ini meliputi kemampuan kerja sama, pengalaman bermain peran, komunikatif, membuat keputusan, tanggungjawab, pemahaman kejadian masa lalu, berpikir kritis, dan mengiterpretasikan suatu kejadian.

*        Beberapa Jenis Model Simulasi
1.      Bermain peran (role playing)
Dalam proses pembelajarannya metode ini mengutamakan pola permainan dalam bentuk dramatisasi. Dramatisasi dilakukan oleh kelompok siswa dengan mekanisme pelaksanaan yang diarahkan oleh guru untuk melaksanakan kegiatan yang telah ditentukan / direncanakan sebelumnya. Simulasi ini lebih menitik beratkan pada tujuan untuk mengingat atau menciptakan kembali gambaran masa silam yang memungkinkan terjadi pada masa yang akan datang atau peristiwa yang aktual dan bermakna bagi kehidupan sekarang.
2.      Sosiodrama
Dalam pembelajarannya yang dilakukan oleh kelompok untuk melakukan aktivitas belajar memecahkan masalah yang berhubungan dengan masalah individu sebagai makhluk sosial. Misalnya, hubungan anak dan orangtua, antara siswa dengan teman kelompoknya.
3.      Permainan simulasi (Simulasi games)
Dalam pembelajarannya siswa bermain peran sesuai dengan peran yang ditugaskan sebagai balajar membuat suatu keputusan.

*        Karakteristik Metode Simulasi
Metode mengajar simulasi banyak digunakan pada pembelajaran IPS, PKn, Pendidikan Agama, dan Pendidikan Apresiasi. Pembinaan kemampuan bekerjasama, komunikasi dan interaksi merupakan bagian dari keterampilan yang akan dihasilkan  melalui pembelajarn simulasi. Metode mengajar simulasi lebih banyak menuntut aktivitas siswa sehingga metode simulasi sebagai metode yang berlandaskan pada pendekatan CBSA dan keterampilan proses.
Disamping itu, metode ini dapat digunakan dalam pembelajaran berbasis konstektual, salah satu contoh bahan pembelajaran dapat diangkat dari kehidupan sosial, nilai-nilai sosial maupun permasalahan-permasalahan sosial yang aktual maupun masa lalu untuk masa yang akan datang. Permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan nilai-nilai kehidupan sosial maupun membentuk sikap atau perilaku dapat dilakukan melalui pembelajaran ini.
Langsung maupun tidak langsung melalui simulasi kemampuan siswa yang berkaitan dengan bermain peran dapat dikembangkan. Siswa akan menguasai konsep dan keterampilan intelektual, sosial, dan motorik dalam bidang-bidang yang dipelajarinya serta mampu belajar melalui situasi tiruan dengan sistem umpan balik dan penyempurnaan yang berkelanjutan. Agar lebih jelasnya, lihat pada tabel berikut:
No.
Karakteristik Metode
1.
Kegiatan pembelajaran bukan pada objek sebenarnya.
2.
Kegiatan secara kelompok.
3.
Aktivitas komunikasi.
4.
Alternatif untuk pembelajaran sikap.
5.
Peran guru sebagai pembimbing.
6.
Ada topik permasalahan.
7.
Ada peran yang perlu dimainkan siswa.

*        Prosedur Metode Simulasi
Prosedur metode simulasi yang harus ditempuh dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
1.      Menetapkan topik simulasi yang diarahkan oleh guru.
2.      Menetapkan kelompok dan topik-topik yang akan dibahas.
3.      Simulasi diawali dengan petunjuk  dari guru tentang prosedur, teknik, dan peran yang dimainkan.
4.      Prose pengamatan terhadap proses, peran, teknik, dan prosedur dapat dilakukan dengan diskusi.
5.      Kesimpulan dan saran dari kegiatan simulasi.
Menurut Suwarna, M.Pd, langkah-langkah yang perlu ditempuh  dalam melaksanakan simulasi adalah:
a.       Menentukan topik serta tujuan yang ingin dicapai.
b.      Memberikan gambaran tentang  situasi yang akan disimulasikan.
c.       Membentuk kelompok dan menentukan peran masing-masing.
d.      Menetapkan lokasi dan waktu pelaksanaan simulasi.
e.       Melaksanakan simulasi.
f.       Melakukan penilaian.

*        Prasyarat yang Mengoptimalkan Pembelajaran Simulasi
Untuk menunjang efektivitas penggunaan metode simulasi perlu dipersiapkan kemampuan guru meupun kondisi siswa yang optimal. Di bawah ini dijelaskan tentang kemampuan guru dan kondisi siswa guna mendukung efektivitas metode simulasi dalam pembelajaran.
Kemampuan guru yang harus diperhatikan untuk menunjang metode simulasi di antaranya:
a.       Mampu membimbing siswa dalam mengarahkan teknik, prosedur, dam peran yang akan dilakukan dalam simulasi,
b.      Mampu memberikan ilustrasi,
c.       Mampu menguasai pesan yang dimaksud dalam simulasi tersebut,
d.      Mampu mengamati secara proses simulasi yang dilakukan oleh siswa.
Adapun kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatikan dalam penerapan metode simulasi adalah:
a.       Kondisi, minat, perhatian dan motivasi siswa dalam bersimulasi,
b.      Pemahaman terhadap pesan yang akan menstimulasikan,
c.       Kemampuan dasar berkomunikasi dan berperan.

*        Keunggulan Metode Simulasi
Beberapa keunggulan penggunaan  metode simulasi diantaranya adalah:
a.       Siswa dapat melaksanakan interaksi sosial dan komunikasi dalam kelompok dan lingkungannya,
b.      Aktivitas siswa cukup tinggi dalam pembelajaran sehingga terlibat langsung dalam pembelajaran,
c.       Dapat membiasakan siswa untuk memahami permasalahan sosial, hal ini dapat dikatakan sebagai implementasi  pembelajaran yang berbasis konstekstual,
d.      Melalui kegiatan kelompok dalam simulasi dapat membina hubungan personal yang positif,
e.       Dapat membangkitkan imajinasi dan estetika siswa dan guru,
f.       Membina hubungan komunikatif dan kerjasama dalam kelompok,
g.      Dapat mempelajari situasi yang nyata,
h.      Membuat siswa belajar dengan umpan balik yang datang dari dirinya sendiri,
i.        Dapat melatih siswa dalam mensimulasikan sesuatu sehingga siswa menjadi lebih berani,
j.        Siswa dapat menggunakan sekumpulan fakta dan konsep.

*        Kelemahan Metode Simulasi
Namun demikian, dalam metode simulasi masih tetap ada kelemahan atau kendala-kendala yang kemungkinan  perlu diantisipasi oleh para guru jika akan menerapkan metode ini, diantaranya adalah:
a.         Relatif  memerlukan waktu yang cukup banyak
b.        Sangat bergantung pada aktivitas siswa
c.         Cenderung memerlukan pemanfaatan sumber belajar.
d.        Banyak siswa yang kurang minat dan motivasi sehingga simulasi tidak efektif.
e.         Biaya pengembangannya tinggi,
f.         Fasilitas dan alat-alat khusus yang dibutuhkan mungkin sulit diperoleh serta mahal harga dan pemeliharaannya,
g.        Siswa yang pandai dan senang berbicara cenderung menguasai proses simulasi,
h.        Bagi siswa yang susah mengeluarkan pendapat, hal ini merupakan metode yang paling menyusahkan.
i.          Resiko siswa atau pengajar tinggi.

*        Penerapan Metode Simulasi
Penerapan metode simulasi dapat diterapkan pada mata pelajaran IPS kelas 5 SD dengan materi perjuangan melawan penjajah Belanda dan Jepang. Dalam pembelajaran, siswa dibagi menjadi tiga kelompok. Masing-masing kelompok mendapatkan satu peran yang sama. Ada yang berperan sebagai penjajah Belanda, Jepang, maupun rakyat Indonesia. Mereka mensimulasikan atau memperagakan dengan pura-pura saat rakyat Indonesia berjuang melawan penjajah. Alat atau media yang mereka gunakan dapat menggunakan pedang plastik/mainan, pistol mainan, sedotan runcing sebagai pengganti bambu runcing, bendera merah putih plastik, pakaian jaman dulu/tradisional, dan sebagainya sesuai dengan alur cerita yang diperagakan. Dengan begitu, diharapkan mereka akan lebih memahami, menghargai jasa-jasa para pahlawan dan mencintai bangsa Indonesia serta mengisi kemerdekaan dengan perbuatan yang positif.

*        Daftar Pustaka
CD Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan SD Kelas Rendah, PGSD, FIP, IKIP PGRI Madiun 2012.

Winataputra, Udin S. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Yamin, Martinis. 2004. Srtategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Press.


Sabtu, 26 Mei 2012

Skenario Pembelajaran IPA SD


  Tema: Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan
  Media: alat peraga natural (buah-buahan dan air), bahan cetakan/bacaan (buku), alat-alat dapur (pisau, saringan, sendok, parut), plastik, pipet, betadin, kertas gambar, pewarna, palet, gelas aqua bekas
  Skenario Pembelajaran
? Mata Pelajaran: Ilmu Pengetahuan Alam
? Kelas/Semester: V/1
? Alokasi Waktu: 2 x 35 menit
? Standar Kompetensi
Mengidentifikasi fungsi organ tubuh manusia
? Kompetensi Dasar
Mengidentifikasi fungsi organ pencernaan manusia dan hubungannya dengan makanan dan kesehatan.
? Materi Pokok
Uji vitamin C pada buah-buahan
? Metode
Ceramah, eksperimen, dan diskusi
? Strategi
Pembelajaran kooperatif
? Sumber/Alat/Bahan
Sumber: Buku Paket Sains Kelas V SD, internet, buku lain yang relevan
Alat dan bahan:
-          Kertas gambar                                      : ± 8 lembar
-          Pensil warna/crayon/cat air                    : ± 4 pak
-          Palet                                                     : ± 4 buah
-          Gelas aqua bekas                                  : ± 40 buah
-          Parut                                                     : 8 buah
-          Saringan                                                : 8 buah
-          Pisau                                                     : 8 buah
-          Plastik gula seperempat                         : 20 lembar
-          Sendok                                                 : 8 buah
-          Pipet                                                     : 16 buah
-          Betadin                                                 : 1 botol
-          Air                                                        : 1 liter
-          Buah (jeruk, jambu biji, nanas,             : Buah-buahan sebagai penugasan yang
salak, belimbing, pepaya, dll)                 dibawa oleh siswa
Ket: disesuaikan jumlah siswa
Persiapan: Sebelum pembelajaran dimulai, guru mempersiapkan semua peralatan dan bahan yang diperlukan dalam pembelajaran.
? Langkah-langkah Pembelajaran
a.       Kegiatan Awal
1)      Guru memberi salam, melakukan doa bersama, dan absensi siswa.
2)      Guru melakukan apersepsi: Guru menggali pengetahuan dan pengalaman siswa terkait dengan materi pembelajaran. Guru menanyakan pada siswa contoh buah-buahan dan buah apa yang paling disenangi siswa, mengapa senang pada buah tersebut?
3)      Guru memotivasi siswa: Guru menunjukkan buah jambu biji dan salak sambil bertanya, “Amati buah yang Ibu bawa. Siapa yang dapat menebak, apakah jambu biji dan salak mengandung vitamin C?” Lalu guru mengajak semua siswa menyanyi lagu Naik-naik ke Puncak Gunung, syair diganti uji vitamin C.
Naik-naik ke puncak gunung // Tinggi-tinggi sekali
Kiri kanan ku lihat saja // Banyak pohon cemara
Kiri kanan ku lihat saja // Banyak pohon cemara
Mari kita uji vitamin // Pada buah yang segar
Jeruk, nanas, dan jambu biji // Mana yang banyak vitamin-C nya
Timun, salak berwarna putih // Adakah vitamin-C nya?
b.      Kegiatan Inti
1)      Pertanyaan/rumusan masalah
v  Buah apa yang paling banyak mengandung vitamin C?
v  Apakah buah yang berwarna saja yang mengandung vitamin C?
2)      Opini siswa
Siswa diminta berpendapat terhadap masalah yang dihadapi. Pendampat siswa ditampung guru dan ditulis di papan tulis. Opini tidak perlu dijawab. Untuk mengetahui jawaban siswa benar atau salah lakukan kegiatan.
3)      Pembelajaran
Guru memberi contoh (mendemonstrasikan) uji vitamin C di depan kelas.
Langkah-langkah uji vitamin C
v  Gelas aqua bekas diisi air sedikit (1/8 bagian), tambahkan 5 tetes betadin kemudian diaduk hingga rata (warna menjadi coklat).
v  Masukkan 1 tablet vit C dalam larutan betadin, kocok sebentar. Perubahan warna apa yang terjadi? (warna larutan menjadi jernih).
4)  Guru menanyakan kesimpulan apa yang didapat siswa dari demonstrasi uji vitamin C tersebut. (Vitamin C dapat merubah warna larutan betadin menjadi jernih/uji vitamin C dengan menggunakan larutan betadin).
5)      Siswa dibagi dalam beberapa kelompok (1 kelompok terdiri dari 5 siswa).
6)      Guru memberikan tugas pada kelompok untuk melakukan eksperimen uji vitamin C pada buah-buahan yang dibawa siswa.
7)      Langkah kerja dimulai dengan membuat sari buah dengan cara memeras buah, buah yang keras diparut dan diperas airnya. Bila tidak berair tambahkan sedikit air.
8)     Guru membagi alat dan bahan kepada masing-masing kelompok.
9)   Sebelum masing-masing kelompok mulai bekerja, guru memberikan beberapa hal yang harus diperhatikan, seperti setiap anggota harus bisa bekerja sama dalam kelompok, menyumbangkan pendapatnya pada kelompoknya, memperhatikan informasi yang disampaikan teman, menghargai pendapat teman, bersedia menerima tugas dan membantu menyelesaikan tugas. Mengingatkan tentang keselamatan selama percobaan karena menggunakan pisau (strategi pembelajaran kooperatif).
10)  Pada saat masing-masing kelompok melakukan percobaan, guru berkeliling memberikan bimbingan pada kelompok dan individu.
11)  Siswa secara berkelompok membuat laporan dalam bentuk poster gambar buah yang mengandung vitamin C dan membuat poster langkah-langkah prosedur kerja.
12) Siswa diminta untuk menempelkan poster maupun langkah-langkah prosedur dan mempresentasikannya di depan kelas.
13)  Kelompok lain memberikan tanggapan terhadap hasil pengamatan dan presentasi siswa.
14)Guru dan siswa menyimpulkan hasil percobaan, bahwa “Buah jambu biji banyak mengandung vitamin C. Tidak hanya buah berwarna kuning yang mengandung vitamin C, buah yang berwarna putih juga mengandung vitamin C”.
c.       Kegiatan Penutup
1)   Guru menjelaskan banyaknya manfaat buah-buahan yang telah disediakan alam untuk kita.
2)  Guru mempertegas bahwa tidak hanya buah yang berwarna putih saja yang mengandung vitamin C. Manfaat buah-buahan yang mengandung vitamin C adalah untuk mencegah sariwan dan meningkatkan daya tahan tubuh. Kekurangan vitamin C menyebabkan gusi membengkak dan mudah berdarah. Kekurangan vitamin C juga menyebabkan mudah terkena penyakit karena kekebalan tubuhnya kurang. Kita harus mensyukuri karunia Allah SWT dengan menanam, merawat, dan memanfaatkan potensi alam dengan baik dan bijaksana.
3)  Guru memberi tugas kelompok di rumah untuk menguji keberadaan vitamin C pada minuman kemasan yang ditulis mengandung vitamin C dan terhadap buah yang matang dan tidak terlalu matang. Siswa secara kelompok membuat laporan hasil percobaan dalam bentuk tabel dan dikumpulkan minggu depan.
4)      Guru menutup dengan doa bersama dan salam.

Pendidikan Karakter di Sekolah


Strategi Pendidikan Karakter di Sekolah
Pendidikan karakter saat ini sedang ramai dibicarakan oleh kalayak umum. Pendidikan karakter suatu terobosan untuk menciptakan iklim manusia-manusia berkarakter sesuai Pancasila dan UUD 1945 dan dapat dimulai melalui dunia pendidikan yang gencar disosialisasikan di sekolah-sekolah. Hal ini berlaku mulai dari jenjang PAUD/TK, SD, SMP, SMA, hingga Perguruan Tinggi.
Sudah menjadi rahasia umum, saat ini SDM dan tingkah laku, moral bangsa Indonesia turun dan tidak sesuai dengan jati diri bangsa. Utamanya di kalangan generasi muda, mereka tidak hafal nama pahlawan bahkan gaya berpakaian, bergaul dan sebagainya sudah menjiplak negara lain yang dianggapnya lebih maju dan gaul. Banyak seks bebas dimana-mana, perampokan, penculikan, tidak adanya rasa kemanusiaan, hormat-menghormati, hilangnya rasa persatuan dan kesatuan merupakan beberapa contoh yang terjadi saat ini.
Untuk itu, pemerintah memberi solusi memberi solusi melalui pendidikan karakter yang dibina dan dikembangkan di sekolah-sekolah agar jati diri bangsa tidak hilang dan setiap generasi memiliki karakter dan kepribadian yang sesuai dengan bangsa Indonesia. Untuk mewujudkannya, diperlukan suatu strategi pendidikan karakter sesuai dengan kondisi siswa, guru, sekolah, dan lingkungan.
Adapun strategi pendidikan karakter di sekolah antara lain:
a.       Penataan Sosio-Emosional Kultur Akademik Sekolah
Dalam lingkungan sekolah harus dikondisikan agar lingkungan fisik dan sosial-emosional kultu akademik sekolah memungkinkan para peserta didik bersama dengan warga sekolah lainnya terbiasa membangun kegiatan keseharian di sekolah yang mencerminkan perwujudan nilai/karakter. Sekolah harus bisa mengkondisikan dan menata keadaan sosial (interaksi), emosional (pengelolaan emosi diri), dan budaya sekolah yang berkaitan dengan interaksi antar siswa, siswa dengan guru, antar guru, dan warga sekolah dengan masyarakat sekitar. Kegiatan yang  mempengaruhi penataan sosio-emosional kultur akademik sekolah, yaitu:
*      Kegiatan rutin
Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang rutin atau ajeg dilakukan setiap saat. Kegiatan rutin dapat juga berarti kegiatan yang dilakukan siswa secara terus menerus dan konsisten setiap saat. Beberapa contoh kegiatan rutin antara lain kegiatan upacara hari Senin, upacara besar kenegaraan, pemeriksaan kebersihan badan, piket kelas, shalat berjamaah, berbaris ketika masuk kelas, berdoa sebelum pelajaran dimulai dan diakhiri, dan mengucapkan salam apabila bertemu guru, tenaga pendidik, dan teman, dan sebagainya.
*      Pengkondisian
Pengkondisian berkaitan dengan upaya sekolah untuk menata lingkungan fisik maupun nonfisik demi terciptanya suasana mendukung terlaksananya pendidikan karakter. Kegiatan menata lingkungan fisik misalnya adalah mengkondisikan toilet yang bersih, tempat sampah, halaman yang hijau dengan pepohonan, poster kata-kata bijak yang dipajang di lorong sekolah dan di dalam kelas. Sedangkan pengkondisian lingkungan nonfisik misalnya mengelola konflik antar guru supaya tidak menjurus kepada perpecahan, atau bahkan menghilangkan konflik tersebut.
*      Kegiatan spontan
Kegiatan spontan dapat juga disebut kegiatan insidental. Kegiatan ini dilakukan secara spontan tanpa perencanaan terlebih dahulu. Contoh kegiatan ini adalah mengumpulkan sumbangan ketika ada teman yang terkena musibah atau sumbangan untuk masyarakat ketika terjadi bencana.
*      Keteladanan
Keteladanan merupakan sikap “menjadi contoh”. Sikap menjadi contoh merupakan perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan dan siswa dalam memberikan contoh melalui tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi siswa lain. Contoh kegiatan ini misalnya guru menjadi contoh pribadi yang bersih, rapi, ramah, dan supel.
b.      Penciptaan Iklim Religius yang Kondusif
ü  Untuk menunjang terwujudnya siswa berkarakter, sekolah harus menfasilitasi dengan mengadakan kegiatan keagamaan secara teratur, misalnya mengadakan sholat Jumat setiap hari Jumat untuk yang beragama Islam. Selain itu, dalam proses pembelajaran juga harus menciptakan suasana yang religius dengan selalu berdoa sebelum dan selesai belajar, berwudhu ketika akan memulai pelajaran, mengadakan kultum sebelum pelajaran dimulai, mengucapkan salam, selalu berkata-kata baik dan sopan. Dapat juga setiap istirahat pertama secara bergilir, tiap kelas melaksanakan sholat dhuha bersama.
c.       Terpadu dalam Proses Belajar Mengajar
ü  Dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas pengembangan nilai/karakter dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan yang terintegrasi dalam semua mata pelajaran. Khusus, untuk mata pelajaran Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan, karena memang misinya adalah mengembangkan nilai dan sikap maka pengembangan nilai/karakter harus menjadi fokus utama yang dapat menggunakan berbagai strategi/metode pendidikan nilai. Untuk kedua mata pelajaran tersebut nilai/karakter dikembangkan sebagai dampak pembelajaran dan juga dampak pengiring. Sementara itu untuk mata pelajaran lainnya, yang secara formal memiliki misi utama selain pengembangan nilai/karakter, wajib dikembangkan kegiatan yang memiliki dampak pengiring berkembangnya nilai/karakter dalam diri peserta didik.
ü  Kegiatan pembelajaran dalam kerangka pengembangan karakter peserta didik dapat menggunakan pendekatan kontekstual sebagai konsep belajar dan mengajar yang membantu guru dan peserta didik mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata, sehingga peserta didik mampu untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka.
ü  Alasan penggunaan strategi kontekstual adalah bahwa strategi tersebut dapat mengajak siswa menghubungkan atau mengaitkan materi yang dipelajari dengan dunia nyata. Dengan dapat mengajak menghubungkan materi yang dipelajari dengan dunia nyata, berati siswa diharapkan dapat mencari hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, melalui pembelajaran kontekstual peserta didik lebih memiliki hasil yang komprehensif tidak hanya pada tataran kognitif (olah pikir), tetapi pada tataran afektif (olah hati, rasa, dan karsa), serta psikomotor (olah raga).
d.      Terpadu dalam Program Ekstrakurikuler
ü  Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan-kegiatan di luar kegiatan pembelajaran. Tujuan dari pengadaan ekstrakurikuler sendiri merupakan sebuah wadah untuk mengembangakan bakat siswa. Meskipun di luar kegiatan pembelajaran, guru dapat juga mengintegrasikannya dalam pembelajaran. Kegiatan-kegiatan ini sebenarnya sudah mendukung pelaksanaan pendidikan karakter. Namun demikian tetap diperlukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang baik atau merevitalisasi kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler tersebut agar dapat melaksanakan pendidikan karakter kepada siswa.
ü  Dalam kegiatan ekstrakurikuler, yakni kegiatan sekolah yang bersifat umum dan tidak terkait langsung pada suatu mata pelajaran, seperti kegiatan dokter kecil, Palang Merah Remaja, pramuka, drum band, sepak bola, karya ilmiah, pecinta alam dll, perlu dikembangkan dengan proses pembiasaan dan penguatan (reinforcement) dalam rangka pengembangan nilai/karakter.
e.       Terpadu dalam Program Bimbingan dan Konseling
ü  Bimbingan dan Konseling merupakan bagian integral dari sistem pendidikan nasional, maka orientasi, tujuan dan pelaksanaan BK juga merupakan bagian dari orientasi, tujuan dan pelaksanaan pendidikan karakter.
ü  Program Bimbingan dan Konseling di sekolah merupakan bagian inti pendidikan karakter yang dilaksanakan dengan berbagai strategi pelayanan dalam upaya mengembangkan potensi peserta didik untuk mencapai kemandirian, dengan memiliki karakter yang dibutuhkan saat ini dan masa depan.
ü  Pekerjaan bimbingan dan konseling adalah pekerjaan berbasis nilai, layanan etis normatif, dan bukan layanan bebas nilai. Seorang konselor perlu memahami betul hakekat manusia dan perkembangannya sebagai makhluk sadar nilai dan perkembangannya ke arah normatif-etis. Seorang konselor harus memahami perkembangan nilai, namun seorang konselor tidak boleh memaksakan nilai yang dianutnya kepada konseli (peserta didik yang dilayani), dan tidak boleh meneladankan diri untuk ditiru konselinya, melainkan memfasilitasi konseli untuk menemukan makna nilai kehidupannya.
ü  Sebagai  pendidik yang  berkepentingan dengan pendidikan  karakter, konselor seyogyanya memiliki komitmen dan dapat tampil di garis terdepan dalam  mengimplementasikan pendidikan karakter di sekolah,  bekerja sama dengan stake holder pendidikan lainnya.
ü  Materi Pendidikan Karakter dalam Layanan Bimbingan, antara lain dapat mencakup: (1) Perilaku seksual; (2) Pengetahuan  tentang  karakter; (3) Pemahaman tentang moral sosial; (4) Keterampilan pemecahan masalah; (5) Kompetensi emosional; (6) Hubungan  dengan  orang  lain; (7) Perasaan  keterikatan  dengan  sekolah; (8) Prestasi akademis; (9) Kompetensi berkomunikasi; dan (10) Sikap  kepada  guru.
ü  Strategi pelayanan pendidikan karakter melalui bimbingan dan konseling dapat dilakukan melalui : (1) Layanan Dasar; (2) Layanan Responsif; (3) Bimbingan Individual; dan (4) Dukungan Sistem.
f.       Bekerja Sama dengan Pihak Lain
ü  Selain menggunakan strategi diatas salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk pendidikan karakter disekolah adalah dengan bekerja sama dengan pihak lain. Pihak lain disini bisa dengan orangtua atau wali murid, masyarakat sekitar, komite sekolah, organisasi atau lembaga lain seperti TPA. Anak-anak bisa mendapatkan ilmu dan pembentukan kepribadian melalui kegiatan TPA. Kegiatan ini merupakan kegiatan penunjang pendidikan karakter yang ada di sekolah.
ü  Rumah (keluarga) dan masyarakat merupakan partner penting suksesnya pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah. Pelaksanaan pendidikan karakter sebaik apapun, kalau tidak didukung oleh lingkungan keluarga dan masyarakat akan sia-sia. Dalam kegiatan ini, sekolah dapat mengupayakan terciptanya keselarasan antara karakter yang dikembangkan di sekolah dengan pembiasaan di rumah dan masyarakat.
ü  Orangtua adalah pendidik pertama dan utama, mereka menjadi pendidik secara alamiah dan kodrati. Orangtua menjadi pendidik bagi anaknya secara penuh waktu dan sepanjang hidup. Melalui orangtua, anak belajar menanggapi dunia luar, berinteraksi dengan teman dan beradaptasi dengan lingkungan. Sikap orangtua berpengaruh terhadap pengembangan karakter anak, sementara itu sikap orangtua tergantung pada pola pengasuhan yang diterima semasa kecil dan pengaruh latihan serta pengalaman pada masa remaja dan dewasa.
ü  Selain itu juga melibatkan masyarakat, dimana aktivitas pendidikan karakter dilaksanakan. Tujuan: masyarakat dapat memahami dan secara aktif terlibat dalam program pendidikan karakter. Tidak terjadi ketercerabutan sekolah dari masyarakat sehingga sekolah memiliki kepekaan terhadap permasalahan-permasalahan yang ada di masyarakat.
ü  Di lingkungan keluarga dan masyarakat diupayakan agar terjadi proses penguatan dari orang tua/wali serta tokoh-tokoh masyarakat terhadap prilaku berkarakter mulia yang dikembangkan di sekolah menjadi kegiatan keseharian di rumah dan di lingkungan masyarakat masing-masing.

Kesimpulan
Pendidikan karakter sangat penting diterapkan demi mengembalikan karakter bangsa Indonesia yang sudah mulai luntur. Dengan dilaksanakannya pendidikan karakter di sekolah dasar, diharapkan dapat menjadi solusi atas masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat. Pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah dapat dilaksanakan dengan penataan sosio-emosional kultur akademik sekolah, penciptaan iklim religius yang kondusif, terpadu dalam proses belajar mengajar, terpadu dalam program ekstrakurikuler, terpadu dalam program bimbingan dan konseling, dan bekerja sama dengan pihak lain.